Next Post

Bagang Apung Jadi Andalan Nelayan Setarap Bugis Seberang Sejak 2008

Deretan kapal bagang apung milik nelayan Setarap Bugis Seberang tampak bersandar di pesisir saat air laut surut, Minggu (20/7/2025). Kapal-kapal ini biasa digunakan untuk menangkap ikan tembang, cumi, dan teri di perairan lepas Tanah Bumbu.

TANAH BUMBU, KALSMART.info – Dusun Setarap Bugis Seberang di pesisir Tanah Bumbu telah menjadi rumah bagi para nelayan bagang apung sejak tahun 2008. Tradisi ini mulai berkembang saat jenis kayu alayung sukit mulai mudah diperoleh, menggantikan penggunaan kayu alayung untuk bagang tancap yang ditanam langsung ke dasar laut.

Secara administratif, Dusun Setarap Bugis Seberang masih menjadi bagian dari Desa Setarap. Namun, letaknya terpisah secara geografis oleh Muara Setarap. Untuk menuju kantor desa, warga harus menyeberangi sungai menggunakan perahu, karena belum ada akses darat langsung yang menghubungkan dusun ini dengan pusat pemerintahan desa.

“Ya, sekitar tahun 2008 bagang apung dimulai di Dusun Setarap Bugis ini,” kenang Kepala Dusun Setarap Bugis Seberang, Muhammad Ali, saat dijumpai di kolong rumah milik Abdul Wahab, Wakil RT sekaligus tokoh masyarakat di Dusun Setarap Bugis Seberang, Desa Setarap, Minggu, 20 Juli 2025.

Muhammad Ali (berbaju putih), Kepala Dusun Setarap Bugis Seberang, berbincang bersama tim Kalimantansmart.info di pesisir tempat bersandarnya kapal bagang apung milik nelayan setempat, Minggu (20/7/2025). Kapal-kapal tersebut menjadi tulang punggung ekonomi warga untuk menangkap ikan teri, tembang, dan cumi di laut lepas.

Ia menjelaskan bahwa keberadaan bagang apung di kampung mereka tidak lepas dari dukungan awal Dinas Perikanan Tanah Bumbu. “Dulu awal-awalnya ada bantuan dari dinas perikanan,” ujarnya.

Seiring waktu, penggunaan bagang apung semakin meluas. Bahkan, pada masa puncaknya, jumlah kapal bagang apung pernah mencapai 60 unit. “Sekarang hampir tinggal 30 saja,” kata Muhammad Ali.

Baca Juga :  Kuat dan Tahan Gelombang, Kapal Bugis Tetap Jadi Andalan Nelayan

Meski jumlahnya menurun, bagang apung tetap menjadi andalan sebagian warga Setarap Bugis Seberang dalam mencari nafkah di laut. “Minimal dua orang cukup untuk mengoperasikan satu kapal bagang apung,” jelasnya.

Setiap pagi, para nelayan kembali ke kampung membawa hasil tangkapan seperti ikan teri, tembang, hingga cumi. Menjelang sore, mereka turun lagi ke laut—kecuali saat terang bulan.

Titian beton selebar sekitar 1 meter menuju dermaga beton kecil di Dusun Setarap Bugis, Kecamatan Satui, Tanah Bumbu. Terlihat seorang nelayan menata jaring pada Minggu sore, 20 Juli 2025

“Kalau terang bulan, mereka tidak turun melaut,” tutur Muhammad Ali. Dalam setahun, nelayan biasanya berhenti melaut selama tiga hingga empat bulan, sisanya aktif mencari ikan di perairan sekitar.

Muhammad Ali juga menyampaikan rasa syukurnya atas perhatian pemerintah daerah. “Alhamdulillah tiap tahun ada saja bantuan alat-alat tangkap sama mesin dari Dinas Perikanan,” ujarnya. Namun ia berharap bantuan ke depan bisa menyasar kebutuhan yang lebih mendasar.

“Harapannya ada bantuan kapal, karena kapal-kapal yang ada sekarang sudah mulai jabuk,” katanya. Menurutnya, masyarakat nelayan kesulitan membeli kapal baru dengan ukuran dan spesifikasi yang sesuai kebutuhan. “Harganya minimal seratus juta untuk satu kapal,” ungkapnya.

Avatar photo

Redaksi

Related posts

Newsletter

Subscribe untuk mendapatkan pemberitahuan informasi berita terbaru kami.

Loading

Proyek Baru - 2025-11-12T104826.198
banner kalimantansmartinfo
Iklan Berita (1)
banner kalimantansmart

Recent News