
TANAH BUMBU, KALSMART.info — Masyarakat Dusun Setarap Bugis di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, menyampaikan harapan besar agar wilayah mereka dapat ditingkatkan statusnya menjadi desa mandiri. Meski secara administratif masih menjadi bagian dari Desa Setarap, posisi dusun ini terpisah secara geografis oleh Muara Setarap. Untuk menuju kantor desa, warga harus menyeberangi sungai menggunakan perahu.
“Setiap kali ada keperluan ke kantor desa, kami harus menyebrang sungai. Jalur darat sebenarnya ada, tapi harus memutar cukup jauh dan belum sepenuhnya layak. Karena itu, kami sangat berharap Dusun Setarap Bugis suatu hari nanti bisa menjadi desa sendiri,” ujar Muhammad Ali, Kepala Dusun Setarap Bugis, saat ditemui Minggu siang, 20 Juli 2025.
Mayoritas warga merupakan keturunan Bugis asal Sinjai, Sulawesi Selatan, yang telah menetap di wilayah ini sejak ratusan tahun lalu. Mereka adalah kelompok masyarakat awal yang membuka dan membangun kampung di kawasan ini.

“Dulu, wilayah seperti Desa Al-Kautsar dan Pandamaran masih termasuk dalam wilayah kami. Sekarang mereka sudah menjadi desa sendiri. Kami tentu juga berharap bisa menyusul, agar pelayanan dan pembangunan lebih merata,” jelas Muhammad Ali.
Perekonomian warga bergantung pada sektor kelautan. Banyak yang bekerja sebagai nelayan bagang apung, pembudidaya rumput laut, dan penangkap teri serta cumi. Di sisi darat, sebagian juga mengelola kolam ikan bandeng dan udang.
Akses utama menuju dusun ini adalah jalan perkerasan yang membentang dari arah Pantai Angsana. Namun jalan ini belum beraspal dan belum dilengkapi penerangan, sehingga cukup menyulitkan, khususnya saat malam hari atau musim hujan.

Salah satu hal yang sangat diharapkan masyarakat adalah perbaikan jaringan listrik. Selama ini, sambungan listrik berasal dari seberang sungai melalui tiang-tiang kayu yang melintasi sungai Setarap. Kondisi ini dinilai cukup rawan.
“Kalau bisa, jaringan listrik disambungkan langsung dari arah Pantai Angsana. Kami khawatir kalau terlalu lama pakai tiang kayu di atas sungai, karena cukup berisiko. Harapan kami, ke depan bisa lebih aman dan stabil,” ucapnya.
Di bidang kesehatan, warga juga berharap adanya layanan kesehatan yang lebih dekat. Saat ini, mereka harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan pelayanan medis, yang cukup menyulitkan saat kondisi mendesak.
“Minimal ada poskesdes atau petugas kesehatan yang menetap di sini. Jadi kalau ada warga yang perlu penanganan cepat, tidak harus menunggu terlalu lama. Ini harapan kami yang sangat besar,” tambahnya.

Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah serta aktivitas ekonomi masyarakat yang terus berjalan, warga memandang pemekaran sebagai desa mandiri bukanlah sekadar keinginan, melainkan bagian dari kebutuhan pelayanan yang lebih efektif.
“Jika kelak kami bisa menjadi desa, tentu kami berharap pembangunan dan pelayanan bisa lebih cepat,” tuturnya dengan penuh harap.
Di tengah segala keterbatasan, semangat warga Dusun Setarap Bugis tetap menyala. Mereka terus bekerja, saling membantu, dan memupuk harapan akan masa depan kampung mereka yang lebih baik dan mandiri.