Next Post

Bukan Soal Gas, Tapi Etika yang Bocor di Tengah Kita

ilustrasi

BATULICIN, KALSMART.info – Pagi itu, di depan warung kecil di pinggir kampung, dua orang ibu sedang mengantre tabung elpiji 3 kg. Satu membawa motor tua, satunya lagi jalan kaki sambil menuntun anak kecil. Di belakang mereka, sebuah mobil SUV mengerem perlahan, lalu turun seorang lelaki—berpakaian rapi, wangi parfum khas orang kota, dan langsung bilang: “Bu, saya mau beli satu ya…”

Tak ada yang marah. Tak ada yang protes. Tapi saya melihat mata si ibu penjual melirik sebentar, lalu menghela napas. Mungkin karena stok tinggal dua, dan dia tahu siapa yang lebih layak mendapatkannya.

Elpiji 3 kg tabung gas kecil berwarna hijau. Ia membawa cerita: tentang dapur yang ingin tetap mengepul, tentang nasi yang ingin tetap hangat, dan tentang hidup yang ingin tetap berjalan. Ia adalah bantuan negara untuk mereka yang kadang harus memilih antara beli beras atau isi gas.

Foto: KalimantanSmart.INFO – Om An

Namun sekarang, makin sering kita lihat yang bawa mobil mengantri di warung kecil. Makin biasa rasanya melihat mobil mahal parkir di SPBU, mengisi Pertalite sambil main ponsel. Semua tampak sah, tapi ada yang tak nyaman di dada.

Apa yang salah? Aturannya? Mungkin. Tapi lebih dari itu, yang sering absen adalah rasa: rasa malu, rasa cukup, dan rasa peduli.

Dulu, orang tua kita sering bilang, “Kalau kamu kuat, jangan ambil jatah orang lemah.” Sederhana. Tapi sekarang, kadang yang kuat justru paling cepat ambil bagian. Yang mampu justru paling pintar cari celah.

Foto: KalimantanSmart.INFO – Om An

Padahal, kepedulian itu kadang bentuknya sesederhana menahan diri. Tidak beli elpiji 3 kg kalau bisa beli yang 12 kg. Tidak antre Pertalite kalau mampu isi Pertamax. Tidak parkir di jalan umum kalau punya mobil lebih dari satu. Hal-hal kecil, tapi bermakna.

Baca Juga :  Menembus 10 Besar Nasional, KMP Batara Tanah Bumbu Cetak Sejarah Baru di Dunia Koperasi

Saya tidak ingin menggurui. Saya juga masih belajar. Tapi saya percaya, bangsa ini akan jadi lebih baik kalau warganya belajar merasa. Merasa cukup. Merasa bertanggung jawab. Merasa bahwa hidup ini bukan cuma soal “bisa”, tapi “pantas atau tidak”.

Baca juga: Kisah Pentol Ikan Pagatan: Dulu Diremehkan, Kini Jadi Primadona

Karena kadang, yang membuat hidup ini indah bukan banyaknya yang kita miliki, tapi seberapa besar kita bisa berbagi—atau sekadar tidak mengambil milik orang lain.

Elpiji 3 kg bukan soal gas. Ia soal etika. Soal empati. Soal siapa kita saat tak ada yang mengawasi.

Dan semoga, kita tidak kehilangan rasa itu. (Om An)

Avatar photo

Redaksi

Related posts

Newsletter

Subscribe untuk mendapatkan pemberitahuan informasi berita terbaru kami.

Loading

banner kalimantansmartinfo
Iklan Berita (1)
banner kalimantansmart

Recent News