
Tanah Bumbu – Masyarakat nelayan di wilayah pesisir yang dikenal dengan sebutan Desa Sungai Cuka Pantai, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, menyuarakan harapan besar terhadap peningkatan infrastruktur demi menunjang aktivitas dan kesejahteraan mereka.
Meskipun secara administratif masih menjadi bagian dari Desa Sungai Cuka, warga menyebut wilayah mereka sebagai Sungai Cuka Pantai karena letaknya berada langsung di pesisir dan memiliki karakteristik serta kebutuhan berbeda dibanding wilayah daratan.
Dengan jumlah penduduk sekitar 800 jiwa dan mayoritas bekerja sebagai nelayan, wilayah ini memiliki potensi besar di sektor perikanan tangkap. Pak Ersi, salah satu tokoh masyarakat yang disegani dan telah lama menjadi nelayan di kawasan ini, menjelaskan bahwa ada tiga kelompok nelayan aktif yang fokus pada penangkapan lobster, yakni Kelompok Nelayan Lobster 1 (diketuai oleh Asrani), Lobster 2 (Suparmo), dan Lobster 3 (Samli).
“Sebagian besar warga di sini nelayan ikan, tapi kalau musimnya tiba, lobster jadi sumber tambahan yang penting. Biasanya dari bulan Juni sampai Agustus,” ujar Pak Ersi saat ditemui di kediamannya, Jumat, 18 April 2025.

Ia juga menuturkan bahwa saat ini terdapat sekitar 60 kapal nelayan yang beroperasi di kawasan tersebut, dengan jumlah nelayan mencapai ratusan orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 45 kapal telah memiliki izin resmi.
Pak Ersi menekankan bahwa salah satu kendala utama yang dihadapi nelayan adalah kondisi pelabuhan tambat yang tidak bisa digunakan saat air laut surut. “Sungainya dangkal, kadang dasar sungai sampai kelihatan. Kami berharap bisa dikeruk dan ada pelindung atau pemecah gelombang,” ungkapnya.
Selain itu, masyarakat berharap adanya penambahan titian dermaga dari kayu ulin sejauh 50 sampai 100 meter agar pelabuhan tambat dapat terkoneksi satu sama lain. Akses jalan menuju pelabuhan pun menjadi perhatian, dengan usulan pembangunan jalan beton sepanjang 100 meter untuk memudahkan mobilitas dan distribusi hasil tangkapan.
Pak Ersi juga menekankan pentingnya pembangunan dua unit tempat berteduh atau bernaung, yang dalam bahasa Bugis disebut kalampa. Tempat ini akan dibangun di pinggir titian dermaga, berukuran sekitar 6 x 20 meter. “Kalampa ini jadi tempat nelayan istirahat, menaruh jaring, alat tangkap, dan barang-barang lainnya. Ini kebutuhan penting bagi kami yang setiap hari di laut,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia juga mengusulkan pembangunan pelabuhan nelayan yang langsung menghadap laut di ujung jalan Pantai Batu Buaya. “Kalau bisa dibangun pelabuhan tambat langsung ke laut, mungkin sekitar 50 hingga 100 meter panjangnya sudah cukup. Bisa pakai beton atau bahan ulin. Itu penting supaya perahu bisa berteduh saat angin kencang,” tambahnya.
Di akhir perbincangan, Pak Ersi menyampaikan harapan besar warga agar wilayah Sungai Cuka Pantai bisa menjadi desa mandiri. “Kami ingin pemekaran wilayah agar bisa lebih cepat berkembang. Karena kebutuhan dan tantangan kami di pesisir ini beda dengan yang di darat,” ujarnya.
Penuturan Pak Ersi mencerminkan suara kolektif warga nelayan yang menginginkan kemajuan bagi daerahnya. Mereka berharap dukungan dari pemerintah daerah serta pemangku kepentingan lainnya demi mendorong kesejahteraan masyarakat pesisir secara berkelanjutan.
KalimantanSmart.INFO – Om Anwar