
Tak banyak yang menyangka bahwa sebuah makanan sederhana bernama pentol ikan—yang dulu dianggap hanya cocok untuk anak-anak—akan menjadi cerita sukses yang mengubah hidup banyak orang di Pagatan, Kalimantan Selatan. Di balik bentuknya yang kecil, tersimpan semangat besar dan perjalanan panjang dari para pelaku usaha yang mengawalnya sejak nol.
Kisah ini dimulai pada tahun 2012, ketika Dinas Perikanan mengadakan pelatihan membuat bakso ikan. Saat itu, sebanyak 20 orang, mayoritas perantau Jawa, dilatih membuat olahan ikan yang belum begitu populer. Bahkan, di awal pelatihan, nyaris tak ada yang benar-benar menyukai rasa pentol ikan. Tapi di tangan mereka yang tekun, makanan yang awalnya dipandang sebelah mata ini perlahan mulai menemukan jalannya.
Baca juga: Mengurai Masalah Kompleks Budidaya Perikanan di Tanah Bumbu Menuju Penguatan Sektor Secara Terpadu
Salah satu pelaku awal, Supri, mengenang masa itu dengan bangga. “Dulu kita dijadwalkan lewat jalur-jalur tertentu, ada yang rutenya sekolah, ada juga yang lewat Saring. Jadi pentolnya bisa sampai ke semua sudut,” katanya. Modal awal mereka kecil, bahkan ada yang hanya menggunakan sepeda dan gerobak untuk menjajakan dagangan. Bahan baku pun seadanya, seperti ikan parang-parang yang murah dan mudah didapat.
Ijul—nama panggilan Zulkarnain yang kini menjabat sebagai Sekretaris Dinas Perikanan—juga terlibat sejak awal. Ia menyebut bahwa pelatihan waktu itu bukan hanya mengajarkan keterampilan, tapi juga menanamkan semangat usaha. “Awalnya kita dianggap main-main. Pentol ikan cuma dianggap makanan ecek-ecek. Tapi lihat sekarang, sudah sampai Banjarmasin dan jadi ikon kuliner lokal,” ujar Ijul.

Kini, pentol ikan tidak hanya enak dan terjangkau, tetapi juga terbukti lebih bergizi. Kandungan protein ikan jauh melampaui pentol daging, sementara biaya produksinya sangat efisien. Dengan Rp30 ribu saja, pelaku usaha bisa menghasilkan sekitar 125 butir pentol. Bandingkan dengan harga daging yang bisa mencapai Rp100 ribu per kilogram, jelas pentol ikan menawarkan solusi pangan sehat yang murah.
Usaha ini juga menjadi bukti bahwa bisnis kecil bisa berkembang pesat. Dari sekadar dorong gerobak, kini banyak pedagang pentol ikan yang telah beralih menggunakan motor. Bahkan ada di antara mereka yang berhasil membeli mobil Fortuner secara tunai hanya dari hasil berjualan pentol ikan. Aset mereka kini tak lagi ratusan ribu, tapi sudah mencapai miliaran rupiah. Lebih dari itu, usaha pentol ikan telah membuka banyak lapangan kerja—baik langsung maupun tidak langsung—bagi masyarakat sekitar, mulai dari pengolah, penjual keliling, hingga pengemas dan pengantar dagangan. Rantai usaha ini melibatkan banyak tangan dan menjadi sumber penghidupan yang stabil bagi keluarga-keluarga di Pagatan dan sekitarnya.
Baca juga: Petambak Sungai Dua-Gunung Meranti Berangan Budidaya Rumput Laut Gracilaria (Sango-sango)
Salah satu penjual pentol ikan keliling yang setia menjaga roda usaha ini adalah Heri, warga asal Jawa yang kini menetap di Pagatan. Setiap hari, ia membawa 15 bungkus pentol, masing-masing berisi sekitar 40 butir, dan biasa mangkal di sekitar muara sungai Desa Beringin. “Saya jualan keliling tiap hari, biasanya mangkal di dekat muara sungai Desa Beringin. Bawa sekitar 15 bungkus, satu bungkus isi 40 biji. Alhamdulillah, selalu ada yang beli. Pentol ikan sekarang sudah jadi makanan favorit, bukan cuma buat anak-anak tapi juga orang dewasa,” ujar Heri.
Kesuksesan pentol ikan Pagatan bahkan melampaui batas daerah. Dalam pameran nasional APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) di Jakarta, pentol ikan menjadi bintang utama. “Kita bawa setengah ton, langsung habis. Kita sampai kewalahan karena pentolnya laris manis,” ujar Ijul. Sejak itu, setiap tahun pentol ikan Pagatan rutin diundang untuk ikut pameran tersebut, dan selalu mendapat sambutan luar biasa.

Pada Rabu, 21 Mei 2025, semangat itu masih menyala. Di tengah rutinitas para pedagang yang sibuk mempersiapkan dagangan sejak pagi, suasana di Pagatan terasa hidup. Di balik aktivitas sederhana itu, tersimpan kisah sukses yang membanggakan, sekaligus menginspirasi.
Namun yang membuat kisah ini semakin istimewa adalah semangat kebersamaan para pelakunya. Mereka membentuk paguyuban pedagang pentol, dan setiap Jumat rutin mengadakan yasinan. Di situlah mereka berbagi cerita, saling belajar, dan menjaga solidaritas.
Baca juga: Kolaborasi Nelayan Desa Beringin Jaga Muara Bersama
Ke depan, harapannya usaha ini tak hanya menguatkan ekonomi lokal, tapi juga menjadi bagian dari solusi pangan nasional. Dengan kandungan gizi tinggi dan harga yang ramah, pentol ikan sangat layak masuk dalam program makanan bergizi untuk anak sekolah. Selain menyehatkan generasi muda, ini juga membuka peluang kerja baru di banyak daerah yang memiliki potensi kelautan. Pentol ikan menjadi bukti nyata bahwa usaha kecil berbasis lokal bisa menjadi motor perubahan ekonomi dan sosial di masyarakat.
Pentol ikan Pagatan telah membuktikan bahwa dari sesuatu yang diremehkan bisa lahir kebanggaan. Bahwa dari tangan-tangan sederhana, bisa tumbuh perubahan besar. Sebuah kisah tentang ketekunan, solidaritas, dan harapan yang kini tak lagi sekadar impian.
KalimantanSmart.INFO – Om Anwar