Kalimantan Selatan, Tanah Bumbu – Sejak IKN ditetapkan sebagai Ibukota Negara oleh Presiden Jokowi melalui Perpres nomor 62 Tahun 2022, sejak itu pula Tanah Bumbu layak disebut sebagai Kota atau Kabupaten dengan geografis paling strategis di Indonesia.
Seperti halnya IRAN yang dijuluki sebagai negara dengan geografis paling strategis di dunia, merupakan satu-satunya negara yang berbatasan dengan Laut Kaspia dan Teluk Persia, memberikan akses ke sumber daya minyak sangat masif.
Iran benar-benar menghubungkan rute darat ke Turki, dan kemudian Eropa, dari India dan Tiongkok. Segala sesuatu yang datang dari India dan Tiongkok ke Eropa, salah satu konsumen terbesar di dunia, harus melewati Iran.
Pada Perang Dunia II, pasukan Inggris dan Soviet menyerbu Iran hanya karena mereka perlu mengamankan pasokan untuk program Lend-Lease, yang akan membantu Uni Soviet memenangkan perang di Front Timur.
Iran juga memiliki akses ke Selat Hormuz yang diperlukan untuk mengamankan pengiriman minyak dari terminal di Irak, Khuzestan (Iran), Kuwait, dan Arab Saudi ke berbagai negara (misalnya India, Australia). Akhirnya, Iran memiliki sekitar 10% dari cadangan minyak dunia.
Tanah Bumbu, Kabupaten dengan Geografis Paling Strategis di Indonesia
Aspek apa saja yang menjadikan Tanah Bumbu layak disebut sebagai kota atau kabupaten dengan geografis paling strategis di Indonesia?
Sebagai ilustrasi, jarak Tanah Bumbu ke Kota Sabang Provinsi Aceh adalah 2.523 km atau 1.567,72 mil atau berkisar 3 jam 8 menit waktu perjalanan udara jika menggunakan pesawat boeing yang berkecepatan 500 mil per jam dari Bandara Tanah Bumbu menuju Bandara Maimun Saleh Kota Sabang.
Sementara itu, jarak Tanah Bumbu ke Kota Merauke Propinsi Papua Selatan adalah 2.752 km atau 1.710,014 mil atau 3 jam 25 menit waktu perjalanan udara dari Bandara Tanah Bumbu menuju Bandara Mopah Kota Merauke.
Sekarang mari kita hitung berapa waktu perjalanan dari Tanah Bumbu ke Kota Nunukan di ujung utara Indonesia dan perjalanan ke Kota Kupang atau Pulau Sumba di ujung selatan Indonesia.
Jarak Tanah Bumbu ke Kota Nunukan adalah 878 km atau 545, 563 mil, dan jarak ke pulau sumba adalah 869 km atau 542,457 mil atau hanya memerlukan waktu tempuh 1 jam 15 menit dengan penerbangan udara.
Jarak dan waktu tempuh dari Tanah Bumbu ke Kota Sabang yang berada di ujung barat Indonesia tentu saja hampir sama dengan jarak dan waktu tempuh dari Tanah Bumbu ke Kota Merauke yang berada di ujung timur Indonesia.
Sementara jarak dan waktu tempuh dari Tanah Bumbu ke Kota Nunukan hampir sama dengan jarak dan waktu tempuh dari Tanah Bumbu ke Pulau Sumba.
Bagaimana dengan jarak dan waktu tempuh Tanah Bumbu ke IKN sebagai Ibukota Negara RI di masa mendatang?
Tanah Bumbu hanya berjarak 300 km dari Ibu kota negara (IKN) atau 3 jam waktu tempuh perjalanan darat dengan asumsi 100 km/jam jika akses jalan tol dibuka.
Kondisi geografis Tanah Bumbu menjadikannya layak disebut sebagai Kabupaten atau Kota dengan geografis paling strategis di RI ini, jika dilihat dari berbagai aspek, baik dari aspek perdagangan, pertanian, pariwisata, kelautan, kepelabuhanan, transportasi maupun aspek pertahanan dan keamanan nasional.
Dengan penambahan dukungan fasilitas dan infrastruktur yang memadai di tiga moda transportasi yakni laut, darat dan udara, Tanah Bumbu bagaikan sehelai kepingan surga yang ditakdirkan untuk generasi kita di masa mendatang.
Menyiapkan Kepingan Surga untuk generasi di masa mendatang tentu harus diiringi dengan menyelesaikan semua permasalahan-permasalahan lingkungan hidup sejak dini.
Problem Lingkungan Tanah Bumbu
Dalam skala lokal maupun skala nasional, sebagian besar permasalahan lingkungan misalnya banjir akan selalu melibatkan aspek penggunaan lahan atau perubahan penggunaan lahan.
Penggunaan lahan atau perubahan penggunaan lahan akan selalu terkait dengan praktik-praktik dalam sistem pertanian hingga metode penebangan kayu kawasan hutan dan penggundulan hutan dengan skala besar dimana permasalahan ini dapat menjadi sumber emosional perdebatan publik dan menjadi konsumsi ranah politik. (Sumber : Managemen DAS : 177-178)
Pentingnya memberikan pedoman ilmiah yang jelas kepada pengambil kebijakan menjadi keharusan bagi lembaga akademis dan aktivis lingkungan berupa kajian-kajian ilmiah sebagai bentuk kolaborasi dengan semua pihak.
Pemerintah Pusat sebagai penentu kebijakan yang menetapkan kerangka regulasi harus mampu berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah, Legislatif, Akademisi, Tokoh Agama, Perusahaan dan Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LSM) guna mencegah terjadinya bencana alam lebih besar, seperti banjir yang melanda Kabupaten Tanah Bumbu saat ini.
Dampak Banjir
Mungkin anda pernah membaca Head line bertulis “Kepingan Surga Itu Terkoyak Bencana” di salah satu media saat bencana alam banjir besar melanda Pacitan Jawa Timur.
Bencana banjir akan membawa dampak negatif yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat. (Dampak Banjir)
Genangan air kotor dalam jumlah banyak akan berdampak pada kesehatan, seperti beragam wabah yang mudah menyebar dan menyerang siapapun, khususnya kaum lanjut usia dan anak-anak.
Kerusakan rumah dan barang-barang yang ada di dalamnya merupakan kerugian ekonomi yang langsung dirasakan saat terjadinya banjir, bahkan dalam skala tertentu dapat memperlambat perputaran roda ekonomi.
Minimnya Air Bersih, jumlah air bersih sangat dibutuhkan saat banjir otomatis akan berkurang.
Terhambatnya aktivitas warga, menjadi hal lain yang paling terasa saat banjir melanda, terutama saat jalan dan rumah warga terendam air dalam waktu yang cukup lama.
Kunjungan Bupati Tanah Bumbu di dampingi Sekda dan pimpinan SKPD Tanah Bumbu ke seluruh kecamatan sekaligus menyerahkan bantuan berupa bahan pokok untuk kebutuhan masyarakat yang terdampak banjir tersebut, senin (11/06).
“Kami datang melihat secara langsung kondisi di lapangan untuk melakukan langkah-langkah tindak lanjut” Kata Bupati Zairullah Azhar.
Korban jiwa adalah dampak negatif banjir yang paling parah, korban jiwa sering kali dikarenakan terseret arus atau luapan air yang tak terprediksikan.
Problem lingkungan yang membawa banyak dampak negatif tentu memerlukan riset ilmiah dari kalangan akademis dan aktivis lingkungan, riset tersebut harus berfokus pada permasalahan yang mungkin terjadi di masa mendatang, bukan penelitian yang berfokus pada persoalan di masa lalu.
Bencana Banjir Dalam Perspektif Islam
Hampir seluruh cerita mengenai bencana yang diceritakan Alquran menyangkut azab terhadap umat-umat yang sombong dan ingkar atau karena melakukan perbuatan buruk yang melampaui batas.
Alquran menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah manusia yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Banjir tersebut menenggelamkan dan menghapus semua peradaban manusia saat itu.
Besarnya banjir Nabi Nuh dilukiskan dengan tergenangnya permukaan bumi dan tenggelamnya gunung-gunung yang berlangsung dalam waktu yang lama, dengan air yang jatuh dari langit maupun yang memancar dari dalam bumi. (Sumber : Sekolah Islam Athirah).
Kalimantan Smart Info, Jendela Informasi Nusantara (Om Anwar)