Desa Mattone Kampung Baru di pesisir Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, menyimpan pesona unik dengan pasir pesisir yang berbeda dari daerah pesisir lainnya.
Meskipun berada di wilayah yang sering dianggap kurang subur, lahan berpasir di desa ini justru membuktikan sebaliknya—menjadi sangat produktif dan mendukung kehidupan yang makmur bagi penduduk setempat.
Masyarakat desa memanfaatkan lahan berpasir ini untuk menanam berbagai jenis tanaman seperti cabai merah, terong, kacang panjang, dan semangka. Hasil panen yang melimpah telah menjadi sumber kebahagiaan dan semangat bagi para petani.
Semangat Petani dan Keunggulan Lahan Pesisir
Pada sore itu, Sutrisno atau biasa disapa Tris, seorang petani yang telah lama tinggal di desa tersebut, bersama rekan-rekannya memasuki masa tanam. Dengan penuh semangat, mereka menanam bibit dan menyirami tanaman di tengah-tengah canda tawa, mengisyaratkan betapa mereka mencintai dan menghargai tanah mereka.
“Panen sawi di pasir bisa lebih banyak. Kalau biasanya hanya bisa dipetik beberapa kali dalam satu musim, di sini bisa hampir dua kali lipat,” ungkap Sutrisno, menunjukkan betapa suburnya lahan ini.
Kebun Sayur Pasir Hijau – Simbol Inovasi
Kebun Sayur Pasir Hijau, yang dikelola oleh Kelompok Tani Sumber Baru, menjadi contoh nyata dari keberhasilan upaya kolektif dalam mengembangkan pertanian sayur di Desa Mattone Kampung Baru. Kelompok ini, yang terdiri dari sepuluh anggota, kini merasakan manfaat dari kebun sayur mereka yang melimpah dengan berbagai hasil panen seperti selada, sawi, kangkung, dan bayam.
Salah satu anggota kelompok lainnya, mengungkapkan, “Dulu, kami hanya bisa berharap pada hasil panen yang tidak menentu. Sekarang, berkat kebun sayur ini, kami tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga menjual hasil panen kami di pasar dan mendapatkan pendapatan tambahan.”
Kontribusi H. Rahmat dan Peran Gazebo dalam Komunitas
Sosok H. Rahmat, tokoh masyarakat pagatan yang juga mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tanah Bumbu, ternyata memiliki peran besar dalam pengembangan pertanian di desa ini. Menurutnya, ide untuk menanam di daerah pesisir muncul karena pendapatan nelayan setempat yang sudah tidak menentu. “Awalnya, kami mencoba menanam berbagai tanaman seperti terong dan kacang panjang, namun hasilnya tidak begitu memuaskan. Namun, ketika kami mencoba menanam sawi, hasilnya sangat positif. Dalam 10 hari setelah penanaman, sawi sudah bisa dipanen,” ungkap H. Rahmat dalam percakapan pada 16 Agustus 2024.
Gazebo-gazebo yang dibangun di sekitar kebun menjadi pusat bagi para petani untuk berkumpul dan berdiskusi. “Gazebo-gazebo ini sangat membantu kami. Di sinilah kami berkumpul, berdiskusi, dan merencanakan strategi untuk memperbaiki hasil panen kami,” tambah salah satu petani di desa tersebut.
Pendapat Kepala Desa tentang Inovasi Pertanian
Kepala Desa Mattone Kampung Baru, Andi Satria Jaya, menyampaikan pandangannya mengenai perkembangan ini. “Kami sangat bangga dengan pencapaian para petani kami. Inovasi yang dilakukan, terutama dalam pengelolaan lahan berpasir ini, telah mengubah cara pandang kami terhadap potensi desa.
Kami berkomitmen untuk terus mendukung dan mengembangkan inisiatif ini agar lebih banyak warga yang merasakan manfaatnya,” ujar Andi Satria Jaya.
Kendala dan Keberhasilan – Inspirasi dari Pasir Hijau
Meskipun keberhasilan ini, H. Rahmat mengakui masih ada kendala yang harus dihadapi, terutama terkait ketersediaan air untuk irigasi. “Air tawar di daerah pesisir bisa ditemukan hanya dengan menggali 1-2 meter, tapi tantangan tetap ada, terutama di musim kemarau,” katanya.
Namun, dengan semangat gotong royong dan inovasi, desa ini terus maju. Nama “Pasir Hijau” yang kini melekat pada kawasan ini, diusulkan oleh Ibu Raudatul Jannah, istri Gubernur Kalimantan Selatan, saat ia terkesan dengan pemandangan hamparan hijau di pesisir pantai. Nama ini pun menjadi identitas daerah tersebut sebagai penghasil sayur-sayuran berkualitas.
Kepala Desa Kampung Baru, Andi Satria Jaya, menyampaikan penghargaan mendalam atas jasa-jasa H. Rahmat. “Pak H. Rahmat telah memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk perkembangan pertanian di desa kami. Gazebo-gazebo ini adalah salah satu bukti nyata dari komitmen beliau untuk memajukan kesejahteraan petani,” ujar Kepala Desa dengan penuh rasa terima kasih.
Dengan berbagai upaya yang tak kenal lelah dan inovasi yang terus berkembang, Desa Mattone Kampung Baru kini berdiri sebagai contoh inspiratif bagaimana kerja keras dan kebersamaan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh komunitas.
Pemanfaatan Pasir Pantai Sebagai Media Tanaman Hortikultura yang Bernilai Ekonomis
Pasir pantai, yang umumnya dianggap kurang produktif untuk pertanian, sebenarnya memiliki potensi besar sebagai media tanam bagi tanaman hortikultura. Di berbagai wilayah pesisir, lahan pantai sering kali kurang dimanfaatkan, meskipun memiliki potensi untuk dijadikan sumber penghasilan melalui budidaya tanaman yang bernilai ekonomis. Artikel ini sekaligus membahas bagaimana pasir pantai dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai media tanam, serta jenis-jenis tanaman hortikultura yang cocok untuk dibudidayakan di lahan tersebut.
Keunggulan Pasir Pantai sebagai Media Tanam
Pasir pantai memiliki beberapa karakteristik yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman, antara lain:
Drainase yang Baik: Pasir pantai memiliki kemampuan drainase yang baik, sehingga cocok untuk tanaman yang tidak tahan terhadap genangan air.
Ketersediaan yang Melimpah: Pasir pantai tersedia dalam jumlah besar di wilayah pesisir, sehingga bisa dimanfaatkan secara luas dengan biaya yang relatif rendah.
Kemudahan Pengolahan: Pasir pantai mudah diolah, terutama dengan penambahan bahan organik dan nutrisi yang tepat, sehingga bisa diadaptasikan untuk berbagai jenis tanaman.
Tanaman Hortikultura Bernilai Ekonomis yang Cocok di Pasir Pantai
Ada beberapa jenis tanaman hortikultura yang dapat tumbuh dengan baik di media pasir pantai dan memiliki nilai ekonomis tinggi, antara lain:
Melon dan Semangka: Kedua tanaman ini cocok ditanam di pasir pantai karena mereka membutuhkan media dengan drainase baik dan sinar matahari yang cukup. Melon dan semangka memiliki permintaan pasar yang tinggi, terutama di musim kemarau.
Kacang Panjang dan Kacang Tanah: Kacang-kacangan ini dapat tumbuh dengan baik di lahan berpasir yang telah diperkaya dengan bahan organik. Kacang tanah, khususnya, memiliki nilai jual tinggi di pasaran lokal maupun untuk ekspor.
Tomat dan Cabai: Tomat dan cabai adalah tanaman hortikultura yang memiliki pasar luas. Media pasir pantai yang telah diperkaya dengan kompos dan pupuk organik dapat mendukung pertumbuhan kedua tanaman ini, asalkan pengairan terjaga.
Bawang Merah dan Bawang Putih: Bawang merah dan bawang putih memiliki potensi besar untuk dibudidayakan di pasir pantai, terutama dengan teknik pengairan dan pemupukan yang tepat. Kedua jenis bawang ini memiliki permintaan yang stabil sepanjang tahun.
Teknik Pengolahan Pasir Pantai untuk Budidaya
Agar pasir pantai bisa menjadi media tanam yang produktif, diperlukan beberapa langkah pengolahan, yaitu:
Penambahan Bahan Organik: Penambahan kompos, pupuk kandang, atau bahan organik lainnya ke dalam pasir pantai dapat meningkatkan kesuburan dan kemampuan pasir untuk menahan air.
Pengapuran: Mengaplikasikan kapur pada pasir pantai dapat menetralkan keasaman tanah, yang sering kali menjadi masalah di lahan berpasir.
Pemupukan yang Tepat: Tanaman hortikultura memerlukan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, pemupukan yang tepat sangat penting dalam budidaya di lahan berpasir.
Sistem Pengairan: Mengatur sistem pengairan yang efisien sangat penting, karena pasir pantai memiliki sifat cepat kering. Sistem irigasi tetes bisa menjadi solusi untuk menjaga kelembapan tanah.
Manfaat Ekonomi dan Keberlanjutan
Pemanfaatan pasir pantai sebagai media tanam hortikultura tidak hanya membantu mengatasi masalah keterbatasan lahan pertanian, tetapi juga berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Dengan budidaya tanaman bernilai ekonomis, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui hasil pertanian yang stabil dan berkualitas. Selain itu, proyek ini dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dengan memanfaatkan lahan yang sebelumnya tidak produktif.
Pasir pantai yang semula kurang dimanfaatkan dapat diolah menjadi media tanam yang produktif untuk tanaman hortikultura bernilai ekonomis. Melalui teknik pengolahan yang tepat dan pemilihan jenis tanaman yang sesuai, masyarakat pesisir dapat memanfaatkan potensi lahan pantai untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Upaya ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan di wilayah pesisir.