Next Post

Siapa Sangka, Suami Istri Ini Bisa Raup Rp5 Juta Sehari dari Lapak Sederhana di Simpang Kodeco

Pedagang es kelapa Bandung melayani pembeli di kawasan Simpang Kodeco, Sabtu (26/7/2025).

SIMPANG EMPAT, KALSMART.info – Di bawah tenda hijau kecil di tepi jalan Simpang Kodeco, Andi dan istrinya tampak sibuk sejak pagi. Di meja dagangannya, ratusan gelas plastik berjajar, siap diisi dengan racikan Es Kelapa Bandung yang jadi andalan mereka sejak empat tahun terakhir.

Dengan campuran kelapa muda segar, gula aren asli, dan susu kental manis, es kelapa buatan Andi punya rasa manis yang pas dan menyegarkan. “Alhamdulillah, langganan banyak. Kalau panas begini, bisa habis 300 gelas sehari,” kata Andi sambil terus menuang es ke dalam gelas.

Harga satu gelasnya Rp8.000. Dalam sehari, jika habis sesuai target, omsetnya bisa mencapai Rp2,4 juta hanya dari es kelapa. Belum termasuk penjualan pentol yang ia jajakan di lapak yang sama. “Pentolnya juga banyak yang suka, terutama anak-anak sekolah. Biasanya sebelum jam lima udah habis juga,” tambah istrinya.

Suasana antrean pembeli di lapak Es Kelapa Bandung kawasan Simpang Kodeco, Sabtu (26/7/2025).

Mereka memulai jualan sejak pukul 09.00 pagi hingga sekitar pukul 18.00 sore. Meski panas terik dan debu jalanan tak bisa dihindari, keduanya tetap setia menjaga lapak setiap hari. “Capek pasti, tapi hasilnya alhamdulillah. Rezeki ini nggak pernah putus,” ujar Andi sambil tersenyum.

Saat Kalimantan Smart Info menanyakan soal omzet per hari, pasangan ini sempat malu-malu menjawab. “Nggak tentu, Mas. Kadang rame, kadang biasa aja,” ujar sang istri dengan raut sedikit canggung. Namun setelah dibujuk lebih lanjut, mereka akhirnya terbuka juga.

“Kalau es kelapa bisa habis 300 gelas, ya kira-kira Rp2,4 juta dari situ. Belum termasuk pentol. Kalau ditotal semua, bisa sampai empat atau lima juta per hari,” ucap Andi pelan. Ia tak menyangka, dari lapak sederhana di pinggir jalan, rezeki yang mereka kumpulkan bisa sebesar itu.

Baca Juga :  Cerita Kamran Penjaga Jalur SUTET Bertaruh Nyawa Demi Cahaya di Rumah Kita
Seorang pembeli mengabadikan momen saat memesan batagor dan siomay di salah satu gerobak di Simpang Kodeco, Tanah Bumbu, Sabtu (26/7/2025).

Beberapa meter dari lapak Andi, seorang pemuda bernama Ahmad tampak sibuk dengan gerobaknya. Ia menjual siomay dan batagor. Gerobaknya sederhana, dengan kaca bening dan panci besar kukusan. “Harga per porsi Rp10.000. Setiap hari habis terus,” kata Ahmad yang mulai berjualan sejak pagi.

“Kalau sudah jam 11 ke atas, mulai ramai. Biasanya pas jam anak sekolah pulang dan pegawai kantor lewat. Tempat ini memang ramai, Mas,” tambahnya sambil membungkus pesanan pembeli.

Tak hanya mereka, di sisi lain simpang, seorang ibu duduk bersila menjual tapai ketan dan tapai singkong khas Gambut. Aromanya khas, dibungkus rapi dalam daun pisang. “Tapai ketan banyak dicari ibu-ibu. Kalau tapai singkong biasanya untuk camilan sore,” ujarnya singkat.

Penjual wadai cincin khas Barabai tersenyum ramah saat melayani pembeli di kawasan Simpang Kodeco, Tanah Bumbu, Sabtu (26/7/2025).

Dekat situ pula, seorang penjual wadai cincin asal Barabai ikut menumpang rezeki. Wadai manis berbentuk cincin itu tersaji dalam tampah bambu, menarik mata dan selera. “Kue ini tahan lama. Banyak yang beli buat oleh-oleh juga,” katanya.

Lalu ada pula lapak pencok – racikan sayuran mentah seperti jantung pisang, mentimun, dan kacang panjang yang diulek bersama sambal kacang dalam cobek besar. “Pencok ini khas Banjar, Mas. Banyak yang cari karena pedasnya nampol,” ujar sang penjual dengan logat Banjar yang kental.

Mereka semua berdagang di bawah terik matahari, beratapkan tenda seadanya, dan beralaskan lantai semen atau tanah. Tapi semangat mereka tak pernah luntur. Setiap hari berjualan, senyum tetap mereka berikan kepada pembeli, meski lelah mengintai.

Baca Juga :  Tak Disangka, Mahasiswa KKN di Segumbang Ubah Sampah Dapur Jadi Cairan Serbaguna
Seorang pedagang pencok buah duduk santai menunggu pembeli di bawah rindangnya pepohonan di kawasan Simpang Kodeco, Tanah Bumbu, Sabtu (26/7/2025).

Melihat kesibukan itu, terasa ada denyut kehidupan yang jujur dan hangat. Mereka tak menuntut mewah. Asal dagangan habis, bisa bawa pulang uang untuk keluarga, itu sudah cukup. “Yang penting halal, Mas. Anak bisa sekolah dan dapur tetap ngebul,” tutup salah seorang pedagang sebelum melayani pembeli berikutnya.

Avatar photo

Redaksi

Related posts

Newsletter

Subscribe untuk mendapatkan pemberitahuan informasi berita terbaru kami.

Loading

banner kalimantansmartinfo
Iklan Berita (1)
banner kalimantansmart

Recent News