
Pagatan, Tanah Bumbu — Pesta Pantai Pagatan bukan cuma perhelatan budaya yang digelar saban tahun—ia adalah jiwa yang tumbuh dari rahim sejarah pesisir Tanah Bumbu. Ia tidak lahir dari kebutuhan seremoni semata, tapi dari denyut nadi masyarakat yang telah menyatu dengan laut, tradisi, dan doa leluhur.
Pesta Pantai Pagatan tak bisa dipersamakan dengan agenda serupa di tempat lain. Ada kekuatan magis yang menyelinap di balik prosesi Mappanre Ri Tasi’e, dalam semerbak dupa yang mengepul, dalam langkah kaki nelayan tua yang membuka jalur ritual, juga dalam suara anak-anak yang tumbuh bersama pasir dan ombak. Pagatan adalah panggung kultural yang bernyawa—bukan replika, bukan tiruan. Ia otentik. Ia milik bersama, tapi tak bisa dimiliki siapa pun.

Acara sakral Mappanre Ri Tasi’e memang belum dimulai, namun hiruk pikuk kampung nelayan Pagatan sudah terasa sejak siang hari. Aroma laut bercampur dengan wangi jajanan, tawa anak-anak berbaur dengan deru motor pedagang, dan jalur pejalan kaki mulai dipenuhi pengunjung yang datang dari berbagai penjuru Tanah Bumbu bahkan luar daerah. Suasana ini seperti aba-aba dari alam, bahwa pesta besar segera dimulai.

Pada 7 Mei 2025, ribuan pengunjung memadati pesisir Pagatan sejak sore hari. Jalur pejalan kaki yang dihiasi bendera warna-warni berubah menjadi koridor budaya yang meriah. Orang-orang dari berbagai daerah datang untuk menikmati suasana yang memiliki daya tarik unik dan sulit ditemukan di tempat lain.
Maskot Ceria dan Wahana Keluarga
Salah satu daya tarik tahun ini adalah kehadiran maskot berwarna hijau-hitam yang ceria dan interaktif. Ia menari, menyapa, serta menghibur anak-anak dan orang dewasa. Maskot ini juga menyampaikan pesan edukatif dengan cara yang menyenangkan, membuatnya disukai pengunjung dari segala usia.

Beragam wahana permainan ikut meramaikan suasana. Anak-anak tampak antusias menjajal balon tiup, becak mini, dan skuter listrik. Di sisi lain, wahana ekstrem “kincir manusia” menjadi tontonan yang memacu adrenalin saat matahari tenggelam, membentuk siluet menawan di langit senja.
Suasana Santai di Tepi Laut
Sore menjelang malam menjadi waktu favorit banyak pengunjung. Mereka bersantai di tanggul sambil menikmati semilir angin laut, duduk lesehan bersama keluarga, atau menikmati jajanan lokal seperti soto Banjar, pisang gapit, dan aneka kudapan tradisional dari pelaku UMKM lokal.

Lampu-lampu mulai menyala, menciptakan suasana pasar malam yang hangat. Anak-anak berlarian, remaja berswafoto, dan keluarga menikmati suasana yang bersahabat dan penuh warna.
Pesona Budaya Mappanre Ri Tasi’e
Tahun ini, tema “Pesona Budaya Mappanre Ri Tasi’e” kembali menegaskan akar tradisi masyarakat Bugis-Makassar di pesisir Pagatan. Ritual turun ke laut ini menjadi simbol penghormatan terhadap alam dan warisan leluhur yang masih terjaga hingga kini.

Di panggung utama, berbagai penampilan budaya ditampilkan dengan penuh semangat — mulai dari tari tradisional, musik daerah, hingga pertunjukan seni kontemporer anak-anak muda Tanah Bumbu. Setiap penampilan menampilkan kekayaan nilai lokal yang menghidupkan kembali semangat gotong royong dan kecintaan terhadap budaya.
Perayaan ini telah menjadi magnet wisata budaya yang dinanti setiap tahun. Tidak hanya menghibur, tetapi juga menguatkan rasa kebersamaan dan mempererat ikatan sosial masyarakat. Pagatan selalu punya cerita, dan setiap tahun, cerita itu terus tumbuh bersama senyum dan kenangan mereka yang datang merayakannya.

KalimantanSmart.INFO – Om Anwar
Subscribe untuk mendapatkan pemberitahuan informasi berita terbaru kami.