BANJARBARU, KALSMART.info – Usai menjemput seorang teman yang menginap di Hotel Pelita Banjarbaru, kami singgah sejenak untuk salat berjamaah di sebuah langgar kecil tak jauh dari sana. Namanya Langgar Darul Aman, terletak persis di pinggir Jalan A. Yani, jalur nasional yang setiap harinya ramai lalu lintas.
Suasana langgar cukup teduh, lantai dilapisi karpet merah, dinding penuh keramik putih, bahkan ruang utamanya sudah ber-AC. Namun ada hal yang membuat tempat ibadah ini terasa unik—sumber airnya masih menggunakan sumur timba tradisional.
Di sudut halaman samping langgar, tampak sumur tua dengan katrol besi dan timba hitam yang menggantung. Jamaah yang hendak berwudhu, dengan santai sebagian menimba air sendiri. “Airnya jernih, selalu cukup. Dari dulu memang begini, jadi terbiasa,” ujar salah seorang jamaah.
Di tengah deretan hotel, restoran cepat saji, dan bangunan modern di pusat kota, keberadaan langgar dengan sumur timba sederhana ini seolah menghadirkan nuansa nostalgia. Menjadi pengingat bahwa di balik hiruk pikuk Banjarbaru yang kian maju, masih ada kesahajaan dan kearifan lokal yang tetap hidup di tengah masyarakat.