Di tengah dinamika politik yang semakin modern, mistisisme masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Bukan sekadar mitos, peran sandro—sebutan bagi paranormal atau dukun di daerah tersebut—masih diyakini memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah kemenangan kandidat.
Dalam budaya lokal, politik bukan hanya soal strategi dan elektabilitas, tetapi juga perkara energi spiritual, perlindungan gaib, dan keberuntungan. Para kandidat yang percaya pada kekuatan mistis kerap mencari sandro untuk berbagai tujuan: dari meminta restu leluhur, melakukan ritual khusus demi kharisma, hingga “mengunci” pergerakan lawan.
Di Kalimantan, sandro sering kali diminta melakukan ritual di tempat-tempat keramat atau menyediakan jimat yang diyakini mampu meningkatkan pengaruh seseorang di mata publik. Sementara itu, di Sulawesi Selatan, kepercayaan terhadap barakka (berkah) dan tuah (keberuntungan) masih kuat, di mana seorang pemimpin yang memiliki energi spiritual kuat diyakini akan lebih disegani dan dihormati.
Tak jarang, para kandidat akan mendatangi sandro sebelum mendaftarkan diri ke KPU, mencari hari terbaik untuk deklarasi, atau bahkan melakukan ritual khusus agar terhindar dari serangan mistis lawan. Meskipun perkembangan zaman membawa politik ke arah yang lebih rasional dan berbasis data, kepercayaan terhadap kekuatan mistis tetap bertahan, menjadi senjata politik yang beroperasi di balik layar.
Dalam pertarungan politik, ada banyak faktor yang menentukan kemenangan. Namun di beberapa daerah, mistisisme masih menjadi kekuatan yang tidak bisa diabaikan. Bagi sebagian orang, memenangkan Pilkada bukan hanya soal strategi kampanye, tetapi juga tentang bagaimana menaklukkan dunia yang tak kasatmata.
KalimantanSmart.INFO – Om Anwar