
Pandamaran Jaya, Satui — Di tengah hamparan tambak yang luas, derita para petambak Desa Pandamaran Jaya seolah tenggelam bersama air pasang. Nafas mereka kian sesak, bukan karena ombak, tapi karena pupuk—yang langka, mahal, dan kadang palsu.
“Orang bilang, tambak mana perlu pupuk. Padahal di sinilah kuncinya,” kata Hafid, Ketua Kelompok “Kampung Baru”, yang telah menambak sejak tahun 1997. Ia menjelaskan, pupuk bukan hanya untuk menyuburkan tanah, tapi membangun ekosistem air: plankton, mikroorganisme, hingga rantai makanan bagi udang dan bandeng.
Baca juga: Mengurai Masalah Kompleks Budidaya Perikanan di Tanah Bumbu Menuju Penguatan Sektor Secara Terpadu
“Sekarang harga pupuk sampai lima ratus ribu per sak. Dulu cuma tujuh puluh lima ribu. Kalau sekali panen butuh dua ribu lima ratus sak, bayangkan beratnya kami,” ucapnya lirih. “Modal lima belas juta, hasilnya paling dua puluh juta. Belum potong biaya lain.”
Ahmad dan Gaffar, warga RT 02, juga merasakan hal yang sama. Tambak mereka kecil, dan jatah pupuk sering tak sampai. “Yang tambaknya luas dapat duluan. Kami cuma nunggu sisa,” kata Ahmad. “Bibit dikasih pun percuma kalau dasarnya nggak subur. Udang nggak mau hidup,” tambah Gaffar.
Dulu, kata Hafid, satu minggu bisa dapat satu ton udang. Kini, dua bulan belum tentu panen. Banyak yang akhirnya beralih ke kepiting sebagai jalan bertahan hidup. “Kepiting pun terbatas. Tapi itu saja yang bisa diandalkan sekarang.”

Selain harga, distribusi pupuk juga jadi masalah. Tak ada penampungan yang jelas, tak ada koperasi yang sanggup menyuplai sesuai kebutuhan. Dulu, para petambak cukup menunjukkan kartu anggota, kini semua serba sendiri. “Kalau dapat, ya syukur. Kalau nggak, tambak kami diam. Airnya ada, bibit ada, tapi dasarnya mati,” keluh Hafid.
Terkait keluhan tersebut, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Tanah Bumbu, Mansyur, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengusulkan bantuan pupuk non-subsidi ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. “Sebanyak 94 kelompok budidaya air payau di Tanah Bumbu sudah kami ajukan. Pada 2023 dan 2024, masing-masing kelompok sempat mendapat 500 kilogram pupuk,” ujarnya dalam rapat dengan para petani tambak Desa Pandamaran Jaya, jumat, 23 mei 2025.
Sementara itu, untuk program pupuk subsidi, progresnya disebut masih dalam tahap verifikasi. “Saat ini masih diverifikasi. Kami terus pantau dan kawal agar bisa terealisasi,” kata Rominah, petugas penyuluh lapangan perikanan.
Di Pandamaran Jaya, tambak bukan sekadar pekerjaan, tapi cara hidup. Maka ketika pupuk tak lagi mudah dijangkau, kehidupan ikut terkikis. Para petambak hanya bisa berharap, ada jalan agar kebutuhan paling dasar ini—pupuk—bisa kembali hadir seperti dulu: cukup, terjangkau, dan layak.
KalimantanSmart.INFO – Om Anwar