Next Post

Kuat dan Tahan Gelombang, Kapal Bugis Tetap Jadi Andalan Nelayan

Sebuah kapal kayu ukuran besar tampak sedang dalam proses akhir penyelesaian di galangan tradisional Batulicin. Pembuatan kapal seperti ini memerlukan waktu hingga delapan bulan tergantung jenis dan ketersediaan bahan kayu (Foto: Om Anwar)

Batulicin — Di tepian sungai dan muara Batulicin, geliat kehidupan nelayan dan pengrajin kapal kayu masih terasa kuat. Kapal-kapal tradisional yang dirakit dengan tangan-tangan terampil masyarakat Bugis menjadi tulang punggung transportasi laut dan penangkapan ikan di wilayah ini.

Kapal kayu buatan pengrajin Batulicin terkenal hingga ke luar daerah, bahkan sampai ke tanah Papua. “Orang Papua itu suka dengan kapal dari sini karena kuat, tahan gelombang, dan muatannya banyak,” ujar Sahrullah, salah satu pengrajin kapal di RT 15 Batulicin.

Namun di balik kualitas unggul kapal Bugis, tersimpan tantangan besar dalam proses produksinya. Pengrajin seperti Badruddin, Agussalim, dan Sahlan menyebut, bahan baku terutama kayu menjadi masalah utama. “Kayu untuk lunas kapal harganya bisa 40 juta sampai 90 juta per batang. Kalau papan ulin, yang dipakai buat badan kapal, harganya bisa 14 juta per kubik,” terang Sahruddin.

Dua orang pengrajin kapal tengah beristirahat di lokasi pembuatan kapal di bantaran Sungai Batulicin. Mereka termasuk generasi terakhir dari komunitas pengrajin perahu kayu yang sebagian besar berasal dari masyarakat Bugis Batulicin dan Pagatan, senin 21 april 2025, (Foto: Om Anwar)

Tak hanya harga, ketersediaan bahan pun kerap tersendat karena pengawasan petugas. “Kadang-kadang kami lagi kerja, tiba-tiba ada yang datang tanya soal kayu, padahal ini buat kapal nelayan,” tambahnya. Beruntung, dukungan tokoh lokal seperti Sarwani—anggota DPRD dan juga saudara Abdul Rahim—turut membantu akses bahan tetap lancar.

Baca Juga :  Bupati Tanah Bumbu Apresiasi Mahasiswa KKN ULM Kenalkan Biofloc dan Nugget Ikan

Pembuatan kapal sendiri memakan waktu bervariasi, tergantung ukuran dan ketersediaan material. “Kalau kapal 15 papan bisa 8 bulan selesai, tapi kalau 8 papan cukup 4 bulan,” ujar Badruddin.

Menariknya, mayoritas pengrajin kapal ini berasal dari masyarakat Bugis—baik yang memang bermukim lama di Batulicin maupun pendatang dari Pagatan yang menetap di sekitar bantaran sungai.

Deretan kapal nelayan bersandar di Sungai Batulicin. Setiap menjelang lebaran, kapal-kapal ini biasanya kembali ke daratan dan akan kembali melaut usai hari raya, senin 21 april 2025 (Foto: Om Anwar)

Meski tradisi ini masih bertahan, regenerasi pengrajin menjadi tantangan tersendiri. “Anak-anak kami sekarang tidak tertarik lagi. Kalau kami dulu, masih SD sudah pegang alat dan bantu bikin kapal,” kenang Sahruddin.

Lurah Batulicin, Amran Bukhari Amri, menyebut bahwa kegiatan maritim ini adalah kekuatan budaya lokal yang perlu terus didukung. “Ada satu kapal milik kelurahan yang baru dibangun kemarin. Ada yang usul agar dibuat di Pagatan, tapi kami bersikeras agar dibuat di Batulicin, karena pengrajinnya juga ada di sini. Ini soal pemberdayaan,” tegas Amran.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini terdapat lima kelompok nelayan dengan total 77 orang, tersebar di RT 10, RT 12, dan kawasan Pasar Lama. Dulu juga ada aktivitas pencarian kerang di sungai Batulicin, namun dihentikan karena maraknya kemunculan buaya.

Kapal milik kelurahan yang baru dibangun pengrajin kapal Batulicin, senin 21 april 2025 (Foto: Om Anwar).

Ketua RT 15, Basruddin, berharap pemerintah pusat—terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan —ikut melibatkan pengrajin lokal dalam program pengadaan kapal. “Kalau ada bantuan kapal, jangan beli dari luar. Gunakan saja pengrajin kita sendiri, supaya ekonomi masyarakat juga jalan,” ujarnya.

Baca Juga :  Tangkahan Kayu Jadi Harapan Nelayan Desa Setarap

Kini, saat momen Lebaran, seluruh kapal biasanya bersandar di tepi sungai. Namun begitu suasana kembali normal, deretan kapal-kapal kayu hasil karya pengrajin Bugis ini akan kembali melaut, menantang gelombang demi menghidupi keluarga.

Sebuah kapal kayu berukuran besar tampak sedang dalam proses penggantian papan badan kapal di salah satu galangan tradisional milik masyarakat Bugis di Batulicin. Aktivitas ini dilakukan secara manual oleh pengrajin dengan keahlian turun-temurun, senin 21 april 2025 (Foto: Om Anwar)

 

Avatar photo

Redaksi

Related posts

Newsletter

Subscribe untuk mendapatkan pemberitahuan informasi berita terbaru kami.

Loading

banner kalimantansmartinfo
Iklan Berita (1)
banner kalimantansmart

Recent News