
Sungai Loban, Tanah Bumbu – Wilayah pesisir Desa Sungai Loban di Kecamatan Sungai Loban, Kalimantan Selatan, pernah menjadi sentra tambak udang tiger yang berjaya pada masa kejayaannya, yakni antara tahun 1998 hingga 2004. Namun, seiring waktu, minat terhadap udang tiger menurun dan para petambak beralih ke komoditas yang lebih stabil: ikan bandeng.
“Sekarang banyak tambak bandeng. Dulu bekas tambak udang tiger waktu booming tahun 1998 sampai 2004. Setelah itu banyak beralih ke bandeng karena lebih stabil,” ujar Muhammad Afif, Kepala Desa Sungai Loban, saat ditemui Minggu, 20 April 2025.
Selain bandeng, terdapat pula budidaya ikan nila dan udang vaname, meski dalam skala lebih kecil. Setidaknya terdapat 6 kelompok budidaya aktif yang mendukung sektor perikanan darat di desa ini.
Namun, geliat perikanan Sungai Loban juga dihadapkan pada tantangan infrastruktur. Di muara Sungai Rangka, RT.04 Dusun 2, warga masih membutuhkan penambahan fasilitas titian dan tambatan kapal.

“Warga berharap titian ditambah 100 meter lagi dan dibangunkan 4 kelampa agar kapal bisa bersandar dengan aman,” tutur Muhammad Afif. “Titian sepanjang 100 hingga 200 meter tersebut bukan hanya menjadi tempat tambat kapal-kapal nelayan, tetapi juga berfungsi vital sebagai lokasi bongkar muat hasil tangkapan seperti ikan dan udang, serta tempat menurunkan berbagai perlengkapan nelayan seperti es balok dan alat pancing lainnya. Keberadaan titian yang memadai sangat dibutuhkan untuk mendukung efisiensi aktivitas ekonomi nelayan setempat.”
Di wilayah muara Sungai Bagong, RT.01, meski sudah dilakukan normalisasi, kebutuhan infrastruktur masih belum sepenuhnya terpenuhi. Ketua RT.01, Mahmuddin, menjelaskan kondisi terbaru di kawasan tersebut.
“Sungai di RT. 1 sudah dinormalisasi, sekarang sudah ada titian ulun sepanjang 50 meter, tapi masih perlu ditambah 100 meter lagi, mudahan bisa dilengkapi dengan 3 kelampa. Kalau memungkinkan dipasang PJU, karena malam hari gelap sekali,” ujar Mahmuddin.

Sementara itu, kondisi lebih memprihatinkan terjadi di muara sungai dekat SPBN, yang kini mengalami sedimentasi berat.
“Subgainya sudah mati, kapal tidak bisa masuk. Ini perlu perhatian kalau kita mau selamatkan akses keluar-masuk kapal nelayan di sana,” kata Muhammad Afif.
Kondisi pesisir Sungai Loban juga rawan abrasi dan banjir rob. Tanpa penanganan serius, dampaknya bisa menggerus permukiman warga.
“Kita perlu beronjong. Kalau musim banjir rob, pantai Sungai Loban bisa habis. Ini sudah sering terjadi,” tegasnya.
Muhammad Afif, Kepala Desa Sungai Loban (berbaju hitam), bersama Mahmuddin, Ketua RT 01 (berbaju sasirangan hijau), saat meninjau aktivitas nelayan dan kapal sandar di wilayah pesisir RT 01, Kelurahan Batulicin, minggu 20 april 2025 (Foto: Om Anwar)
Menariknya, suasana sosial di Desa Sungai Loban begitu erat. Kepala desa, warga, hingga nelayan sering menghabiskan waktu bersama.
“Kadang kami bakar ikan bareng di pinggir pantai, dimakan bersama antara aparat desa dan para nelayan. Kebersamaan itu yang bikin suasana di sini tetap hidup dan guyub,” kenangnya.
Saat ini, Desa Sungai Loban dihuni sekitar 2.500 jiwa yang tersebar di 7 RT. Sebanyak 50 persen di antaranya berprofesi sebagai nelayan. Terdapat 4 kelompok nelayan aktif yang melaut, sebagian besar sejak pagi hari.
“Sebagian besar kapal nelayan itu keluar melaut pagi hari, jadi fasilitas tambatan yang aman dan pencahayaan di titik-titik penting seperti titian dan jalan lingkar itu sangat dibutuhkan,” tambah Muhammad Afif.

Usulan warga pun mengemuka, seperti penambahan lampu PJU di beberapa titik strategis.
“Warga ingin ada penambahan PJU di titian maupun di jalan lingkar seperti Gang Guru Sappe yang tembus ke RT.6 dan Pantai Madani,” ujarnya.
Dengan potensi laut dan budidaya yang kuat serta semangat gotong royong warga, Sungai Loban menatap masa depan sebagai kampung pesisir yang tangguh dan berdaya saing, meninggalkan kejayaan udang tiger dan melangkah bersama bandeng menuju keberlanjutan.
KalimantanSmart.INFO – Om Anwar